Membangunkan Raksasa Tidur: Visi Baru ILUNI UI 2025–2028
September 22, 2025 2025-09-23 1:04Membangunkan Raksasa Tidur: Visi Baru ILUNI UI 2025–2028

Membangunkan Raksasa Tidur: Visi Baru ILUNI UI 2025–2028
Salam Sambung, Setara, Solutif!
Rekan-rekan alumni Universitas Indonesia yang kami banggakan, hari ini adalah edisi perdana dari Message from the Chairman yang akan memuat berbagai catatan dan informasi seputar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), termasuk soal arah kebijakan, program-program, dan juga tentunya kepengurusan. Selaku Ketua Umum ILUNI UI, saya ingin dapat menyapa para alumni secara rutin melalui tulisan serta membangun proses komunikasi yang lebih transparan dan bermakna.
Untuk itu, momentum pelantikan para anggota dari forum Majelis Kehormatan, Majelis Penasihat Strategis dan Majelis Pakar, beserta dengan Badan Pengurus Harian (BPH) ILUNI UI di Sabtu, 20 September 2025, kemarin layak menjadi awal pembuka yang baik bagi edisi kita hari ini.
Dalam acara pelantikan tersebut, saya menyampaikan 2 pidato terpisah yang diinspirasi dari dua buku. Pertama, Moral Ambition oleh Rutger Bregman, dan kedua, The Rise of the Conservative Legal Movement oleh Steven Teles. Dari buku yang pertama, saya menyampaikan pesan soal visi besar ILUNI UI untuk menjadikan organisasi ini dengan ambisi yang besar untuk melakukan sesuatu yang positif bagi alumni, almamater, dan tentunya bangsa dan negara Indonesia.
Mengapa kita harus memiliki visi besar? Karena seperti yang pernah saya sampaikan di berbagai forum, saya percaya ILUNI UI adalah raksasa yang masih tertidur. Ia penuh potensi dan oleh karenanya harus dibangunkan dan digerakkan untuk maju. Selaras dengan tagline Universitas Indonesia, Unggul Impactful, saya berkeyakinan bahwa dengan proses manajemen yang tepat, ILUNI UI juga dapat memenuhi cita-cita menjadi organisasi yang eksepsional dan berdampak.
Pokok utama dari Moral Ambition sendiri sebenarnya diringkas dengan sempurna dalam kata-kata Bregman berikut: “In that case, you’ll need a book that’s more than the latest guide to finding happiness. Not a book that makes life easier, but one that makes life a little harder. Not a book that offers solace, but one that causes friction. The kind of book you half-wish you’d never picked up at all because once you put it down, you might just have to change your life. This is that kind of book.”
Membangun mimpi besar tidak pernah mudah, sudah pasti harus berlelah-lelah, dan tak boleh gampang menyerah. Ini kenapa Bregman menamakan salah satu bab dalam bukunya dengan judul: Join a cult (or start your own). Suatu cult yang sukses menurut Bregman selalu dipenuhi oleh elite corps of driven people with clear purpose. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, mereka memahami bagaimana cara mencapai yang mereka mau, dan mereka tahu batasan diri mereka, kapan harus jalan sendiri, kapan harus bertindak bersama. Ibarat kata, kalau para alumni UI sudah sampai di titik ini dengan lebih sering berdiri mandiri, bayangkan kalau mereka bersatu bersama dan bersinergi?
Cult yang sukses juga percaya dengan slogan getting things done sebagaimana kemudian dibahas oleh Bregman dalam chapter berikutnya: “See winning as your moral duty.” Bregman mengutip pernyataan Joe Biden, “God spare me the purist”, ketika ia mengungkapkan kekecewaannya kepada salah satu aktivis yang pernah sangat terkenal di masanya, Ralph Nader, karena dianggap menyebabkan kekalahan Al Gore yang sangat tipis dari George W. Bush di tahun 2000.
Kalimat berikut menggambarkan prinsip ini dengan sempurna: “In every movement, there’s a variety of roles to play. We often have a personal preference for a given type of activist. We may think protesters are brave and lobbyists useless; perhaps we have a weakness for poetic professors but a distaste for slick influencers. Or vice versa. But change is not that one-dimensional. All these people can play an essential part. The intelectual and the influencer. The networker and the agitator, …someone who’s polarizing, someone who brings people together… The only kind of person that we can’t use in this fight is the fool who thinks good intentions are enough. Someone whose clear-eyed convictions put them squarely on the right side of history, but who achieves little in the here and now.”
Dalam setiap organisasi dengan visi misi besar, kita bisa memilih untuk bertengkar internal, dan tentunya itu hal yang wajar dalam demokrasi yang sehat. Perbedaan pendapat adalah keniscayaan. Tetapi kalau kita hanya menghabiskan hidup kita untuk berdebat, atau sebaliknya, tidak mengambil langkah apapun karena berusaha menghindari perbedaan pandangan dan berusaha menyenangkan hati semua orang, maka organisasi itu pun hanya akan jalan di tempat.
Ini membawa kita pada buku kedua yang ditulis oleh Steven Teles. Menurut Teles, untuk membangun sebuah organisasi/gerakan yang sukses (apapun ideologinya) dibutuhkan 4 elemen fundamental: intellectual, network dan political entrepreneurs serta patrons. Secara singkat, untuk mewujudkan visi misi organisasi tersebut, dibutuhkan para pemikir, para penggerak jaringan, para eksekutor, dan para pendana.
Tanpa pemikir yang berkualitas, organisasi tidak akan memiliki konsep dan rencana yang jelas tentang apa yang mereka hendak lakukan, and when you fail to plan, you plan to fail. Tanpa penggerak jaringan, organisasi akan mandeg karena orangnya hanya yang itu-itu saja atau 4L alias lu lagi, lu lagi, sementara kita selalu butuh darah segar dan energi baru. Tanpa eksekutor, organisasi hanya akan berakhir sebagai warung kopi tempat orang berdiskusi tanpa hasil, lantang bersuara, minim kontribusi. Dan tanpa dana, semua visi misi di atas hanya akan jadi mimpi karena sehebat-hebatnya ideologi suatu gerakan, dan semilitan apapun anggotanya, tidak mungkin bisa memaksa sedemikian banyak orang untuk bekerja keras secara sukarela tanpa bayaran atau penghargaan sedikit pun. Ini realitasnya yang suka tidak suka harus kita jalankan.
ILUNI UI dibangun sebagai organisasi kekeluargaan dengan basis persaudaraan dan kerja sukarela, tetapi kenapa kita harus berhenti di situ? Kenapa kita tidak mengambil visi untuk bisa membangun organisasi ini menjadi organisasi yang profesional, bergerak cepat dan benar-benar memiliki dampak? Sedemikian besar mimpi itu, walaupun diberikan batas waktu sebulan sejak pelantikan Ketua Umum untuk menyusun kepengurusan, kami bersyukur bisa melakukan pelantikan BPH dalam waktu 3 minggu.
Dan dalam periode 3 minggu sebelum pelantikan pengurus itu pun kami sudah langsung bekerja dari hari pertama sebagaimana kami umumkan secara rutin di sosial media resmi ILUNI UI. Mulai dari: (i) mengkoordinasikan 17 ILUNI Fakultas, Sekolah, dan Vokasi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam sejak dilantik untuk memberikan pernyataan bersama mengenai situasi kebangsaan, (ii) bertemu dengan beragam pihak dan institusi untuk bisa berkolaborasi dan mencari potensi kerja sama, termasuk dengan rektorat, ILUNI Fakultas/Wilayah/Chapter, Ikatan Alumni dari universitas lain, serta tokoh-tokoh dari beragam latar belakang, termasuk politik, bisnis, dan pendidikan, (iii) mengurus booklet wisuda untuk adik-adik kita yang lulus di Semester Genap (walau hanya punya waktu sekitar seminggu untuk mengerjakannya), sampai dengan (iv) meluncurkan Bidang Policy & Governance Hub (Aegis) dengan dialog pertama kita mengenai Agustus Kelabu dan usulan-usulan kebijakan apa saja yang bisa diusung dari berbagai think tank serta gerakan kemasyarakatan.
Saya sangat berterima kasih pada tim pengurus harian yang bekerja dengan penuh semangat membara walau dengan segala keterbatasan yang dihadapi baik dari segi administrasi maupun dana dalam 3 minggu terakhir. Tapi ini tentu bukan kondisi organisasi yang ideal. Sebagaimana sudah saya tulis di atas, 4 elemen gerakan harus kita miliki dan kembangkan. Dan sebagaimana juga disampaikan oleh Bregman, organisasi yang kuat harus punya visi tegas dan melihat kemenangan pencapaian visi tersebut sebagai suatu tugas moral.
Ini mengapa kami juga berinovasi dengan menciptakan suatu forum di luar BPH dalam bentuk Majelis Kehormatan, Majelis Penasihat Strategis, dan Majelis Pakar untuk menarik orang-orang yang kami pahami belum tentu bisa aktif secara harian, tetapi bisa memberikan sumbangsih dari waktu ke waktu bagi organisasi kita baik dalam bentuk membuka jaringan, memberikan akses pada pendanaan, berbagi keahlian/kepakaran tertentu, dan juga memberikan masukan yang tidak mengikat untuk kemajuan organisasi. Secara terbatas juga kami buka untuk tokoh-tokoh non-Alumni UI karena kami percaya kemajuan organisasi membutuhkan bantuan banyak pihak. Kombinasi pengurus aktif dalam struktur BPH bersama dengan para tokoh yang mengisi forum Majelis-Majelis di atas saya yakini akan berkontribusi positif untuk mencapai visi besar ILUNI UI yang kita bangun sekarang.
Sebagaimana pula sering saya sampaikan di berbagai forum, ILUNI UI akan selalu menjadi organisasi yang independen, ia tidak akan diwarnai oleh satu pihak belaka karena kita berisikan manusia yang sangat beragam. Dan independensi itu lah yang membuat ILUNI UI dapat menjadi wadah yang netral bagi beragam pihak untuk saling berkolaborasi. Kader UI (baik dari S1, S2, S3, Vokasi, Ekstensi, maupun Program Pelatihan) harus ada di mana-mana, baik di pemerintahan, partai, BUMN, perusahaan swasta, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, institusi internasional, dan masih banyak lagi. Mereka harus punya wawasan global dan kosmopolitan yang terbuka dengan berbagai ide dan perbedaan. Jadikanlah ILUNI UI sebagai central hub yang terpercaya sehingga alih-alih diwarnai, kita lah yang nantinya akan mewarnai Indonesia dan dunia!
Tentunya mimpi besar di atas juga tidak akan tercapai tanpa tata kelola yang baik dan transparan. Sebagaimana telah diumumkan dalam acara pelantikan kemarin dan juga sesuai dengan AD/ART ILUNI UI, seluruh keuangan ILUNI UI akan diaudit setiap tahunnya oleh auditor independen. Kami tidak akan menolerir segala bentuk penggelapan dan penyalahgunaan dana yang kami dapatkan dari para donor dan sponsor. Kami dari BPH pun juga terus menjalin komunikasi dengan Dewan Pertimbangan (Wantim) sebagai badan yang memiliki kewenangan untuk mengawasi kami karena kami percaya komunikasi yang baik antar BPH dan Wantim akan menjadi kunci untuk kesuksesan ILUNI UI.
Pekerjaan rumah kita masih panjang untuk 3 tahun ke depan, tapi saya berkeyakinan bahwa dengan dukungan visi yang tegas untuk berkontribusi maksimal, serta dengan konsep yang jelas mengenai tata kelola organisasi, ILUNI UI bisa berperan banyak bagi para alumninya. Mari kita jadikan momentum ini untuk bersatu padu membangun dan memajukan organisasi kita demi kemajuan alumni, almamater, serta bangsa dan negara.
Salam hangat,
Pramudya A. Oktavinanda
Ketua Umum ILUNI UI Periode 2025-2028